Thursday, April 07, 2005

Sex In The Mall, Komoditas Komplit : Ayam abu-abu, Gigolo, Gay SampaiKaryawan Toko

Tanggal: Saturday, 27 December 2003 16:43Topik: No.38 Th.56 Minggu III Desember 2003

MAL itu bukan lagi cuma pusat belanja. Mal itu sebaya kafe, tempathiburan. Bisa mata yang terhibur, atau hati yang ternyamankan, tapibisa juga syahwat, kalau memang itu yang dicari. Pun di Yogya. Malbenar-benar menjadi "tempat serba-ada".

MP menemukan seorang perempuan yang mau diwawancarai (dan file-nya ada di redaksi), mungkin Anda pun sudah mengenalnya karena ia seringn geceng di lantai jajan. Selalu mengenakan tanktop sehingga tato'love' di lengannya gampang terlihat. Bawahannya celana hipster bawahpusar. Maka celana dalam cewek itu mengintip-intip di atas pantat.Rambut dia bercat merah."Saya dituakan di sini. Ada delapan cewek kalau mas mau menjamu tamu"kata perempuan 22 tahun ini."

Mal itu cuma buat pasang jerat. Tempat ini seperti etalase" katanyalalu melambai ke arah cewek lebih muda yang melintas di depan alatpermainan anak-anak. "Nggak usah pasang papan nama di jidat pun, orangpada tahu kalau dia itu ciblek".Gadis yang baru datang itu umur 18. Dia buktikan dengan memperlihatkankartu pelajar sebuah SMU swasta miliknya. Tapi mendengar kata-katayang keluar dari mulutnya, heboh juga : "Aku ini bukan orang sarkem.Nggak percaya, nih kartu pelajar aku! Tarif aku cuma cepek kok..."Kenapa dia menyebut sarkem atau Pasar Kembang? Karena dipenginapan-penginapan sekitar itulah, 'cewek badung' ini seringmengajak ML mangsa yang ia temukan di mal.


DULU Sex in the Mall sering diidentikkan karyawati toko bispak, atauSPG yang bisa dipakai. Seorang manajer toko menyayangkan jika isu'disko portabel' itu masih dipercaya masyarakat sekarang. "Merekaorang luar. Kalau diamati benar, orang-orangnya yang itu-itu saja.Tapi sejauh ini kita tidak bisa bertindak apa-apa" keluh pengusahaitu.Iya juga. Gadis-gadis nakal itu menghambur di tengah pengunjung. Samaseperti cowok-cowok muda yang melintas-lintas menyapa (dengan sopan)tapi menggoda, pada ibu-ibu yang belanja sendirian, atau bahkan kepadaoom-oom yang diduganya doyan 'batang muda'.Kalau ternyata yang disapanya 'orang baik-baik'?Ya nyantai aja mereka. Paling bilang, "sori" kemudian menghilang dibalik kerumun.Jika Anda termasuk hidung belang atau tante kesepian, hati-hati denganbilangan cepek. Karena di depan ngomongnya seratus ribu, 'dalamprosesnya' pengeluaran sangat bisa membengkak. Anda akan dimintatraktir makan ayam goreng, atau dia minta dibeliin baju dansebagainyan.(MP)


Orang Bodoh. Setiap orang bodoh bisa mengkritik, menyalahkan danmengeluh, dan kebanyakan dari mereka melakukan hal itu. (Lawrence G.Lovasik)

1 comment:

tebar persona said...

I think the problem with ABG sexuality is not just because of the pressure of poverty. Many of these ABGs yearn for attention which they do not get from their family especially their parents. Nowadays both parents work fulltime. They dont come home until late at night. Sometimes they dont see their children until the weekend. These children seek tender loving care (TLC) from their parents. The demand for materials is just a way to get the attention from their busy parents. I met so many women in Jakarta who seek TLC. Not just ABG but also working class ladies. Jakarta is very a very crowded city....but it can be the loneliest place on earth.