Saturday, December 04, 2004

The Great Lovers (Pecinta Ulung)



BUKAN semata termakan rayuan Ina yang (memang) mematikan. Keterpikatan Hadi pada janda satu anak asal Sukoharjo yang sehari-hari mangkal di panti pijat P (letaknya di tengah kota Solo), juga lantaran
kesanggupan wanita 25 tahun itu memperagakan beragam variasi hubungan intim.


caption: ayo donk mas...

Hadi sendiri yang notabene doyan 'jajan' mengaku kewalahan mengimbangi kedahsyatannya. "Baru sekali ini aku mendapat lawan sepadan. Dia seolah tahu apa yang aku inginkan, dan selalu memberi sebelum meminta. Tidak diminta pun aku pasti akan sering mengunjunginya" kata laki-laki itu.

Kendati demikian makelar sepeda motor asal Klaten itu tak hendak merusak hubungan 'harmonis' Ina dengan Mamat (sahabatnya). Ia tahu, Ina sangat butuh berdekatan dengan Mamat karena laki-laki itu memang
pemberi. Lagipula, dengan bersikap seolah-olah menurut, Ina jadi tambah sayang sama dia. Layanan istimewa yang diberikan, seolah merupakan bonus atas kepatuhannya. "Kamu memang penuh pengertian" kata wanita itu.

Pada kesempatan tertentu, Hadi mengunjungi Ina bersama Mamat. Seperti pada pertemuan awal mereka, Hadi seakan-akan hanya berperan sebagai pengantar. Meski Mamat memintanya untuk membuking wanita lain, Hadi tak pernah benar-benar 'ngamar'. Keuntungan ganda pun didapat. Di mata Mamat, ia tampil sebagai teman yang tidak memporot. Pada saat bersamaan Ina menilainya sebagai laki-laki setia yang rela berkorban
menunggunya. Mamat sering memberinya macam-macam bonus. Ina rutin menafkahi syahwat dengan layanan spesial. Benar-benar 'ular beludak'. Dibanding Mamat sesungguhnya Hadi lebih sering bertemu Ina. Seringkali tak perlu keluar ongkos, malah dapat sangu. Ia tahu persis bagaimana mengambil hati Ina. Antaralain, berjanji akan membantu merontokkan hati Mamat agar sering memberinya uang. Kalau pun tak datang, bisa lewat rekening koran. Mamat memang tak pernah menyuruh Hadi mengantarkan uang langsung ke Ina. Tapi, membantu mentransferkan sering. Dan, itu terjadi biasanya setelah Hadi ngoceh membicarakan Ina di depan Mamat.


Dikatakan, misalnya, Ina itu sangat sayang sama Mamat. Kasihan wanita sebaik itu ditelantarkan. Dasar Mamat memang rada kuper, setiap kali ia akan dengan mudah tersentuh dan sesegera mungkin menelepon.
Ternyata semua yang diomongkan Hadi benar. "Besok kita ketemu di Kartasura, ya" Ina mengontak Hadi.
"Oke, mau dikasih bagian kan?" tanyanya. ujar wanita itu. Keesokan harinya mereka bertemu di terminal, lalu meluncur ke hotel.
"Beres. Pokoknya setelah kamu kenyang, tak kasih sangu"

Setelah makan-makan dan sebagainya, Ina memberi Hadi segepok duit sebagai ucapan terima kasih. Di perjalanan pulang Hadi mencoba menghitung. Ia tidak percaya dengan yang dilihat. Wanita itu
memberinya Rp 2 juta.

"Berapa banyak dia habis dikasih Mamat? Kemarin aku hanya bilang sama Mamat, kalau Ina butuh duit buat biaya berobat emak-nya. Aku nggak pernah menyebut nominal" Hadi tak habis berpikir. Ketika ia mencoba menghubungi Ina, HP-nya nggak pernah 'on'. Kondisi itu berlangsung beberapa hari, bahkan setelah lewat seminggu.

Penasaran, ia mencoba memberanikan diri bertanya pada Mamat. Laki-laki itu malah balik bertanya. "Kamu tahu dimana Ina?" Mamat bertanya. "Lho, kok tanya aku, di panti memang nggak ada?"
"Tiga kali aku ke sana, katanya sudah nggak pernah datang" ujar Mamat gelisah. "Pulang mungkin" "Tak tahulah. Padahal dia janji mau menemuiku tiga hari lalu, dan mempertemukanku dengan orang yang katanya punya emas batangan murah" ujarnya.

Hadi mulai mendapatkan tanda-tanda. Ia menunggu. "Sepuluh hari lalu dia minta aku menemuinya membawa Rp 50 juta, hanya untuk ditunjukkan pada pemilik emas kalau dia punya duit untuk membayar. Karena waktu
itu aku di Jakarta, langsung saja kutransfer uangnya... "
"Dan, sekarang dia menghilang, begitu?" Mamat tidak menjawab. Wajah laki-laki itu kelihatan pucat. Kini, Hadi
tahu apa yang terjadi. Tetapi, di kantongnya masih ada Rp 1 juta pemberian Ina. Ia tak berani berkata apa-apa, meski diam-diam dia berjanji akan berusaha mencari Ina, sendiri. Hikmah: Hati2 biar gak ketipu... (Blue angel)

No comments: