Saturday, December 04, 2004

Episode Yogya: PESTA PRIBADI pun bisa GILA ! -


DI YOGYA ada striptease? Bukan hanya tari telanjang. Bahkan pertunjukan 'adegan tak senonoh'.

Acara yang (memang) penontonnya terbatas itu sering terjadi di hotel atau vila atau rumah pribadi. Sebagian penyelenggaranya menyebut Privat Party atau Pesta Pribadi. Larinya memang kebanyakan ke alkohol
dan seks. Mau tahu? Ada event-organizer yang memediatori penari-penari panas untuk pesta-pesta seperti ini. Tentu, duitnya lebih dari sejutaan untuk bikin acara gaya yang sembunyi-sembunyi ini.



PRIVATE PARTY. Terjemahan bebasnya : pesta pribadi. Untuk kalangan terbatas. Banyak yang bilang, Private Party itu pesta seks. Tak semuanya begitu. Tapi memang, Private Party cenderung ke entertainment
biologis. Di Yogya, model ini makin marak. Beberapa bahkan ditangani oleh event organizer. Sebagian lagi melalui getok tular dari mulut ke mulut.

Anthony (nama samaran), pemilik biro advertising, dihubungi sebuah event organizer yang menggelar Private Party di Hotel yang terletak di sebuah pantai di Kabupaten Bantul. Ia harus bayar Rp 2 juta untuk
datang ke pesta itu.

"Bayar segitu hanya untuk menonton tarian. Yang lain-lainnya free" kata Anthony. Yang lain-lain itu termasuk.....sex. "Tapi ujungnya, ada tips yang tak mungkin jumlahnya sembarangan, kan?. Masak kita sudah
dienakin sama mereka, tips-nya cuma seratus dua ratus perak. Ya, kita harus tahu dirilah" lanjut pria suka dugem itu.

Pada pukul tujuh malam, melalui telepon selularnya ia dikontak agar bergerak ke sebuah tempat untuk menemui anggota panitia pesta itu. Di sana, ternyata telah menunggu dua kendaraan berjenis van, isi enam
orang. Setelah bertemu dengan 'kepala rombongan' dan basa-basi sebentar, meluncurlah van itu ke Selatan.

Untuk menjaga hal-hal yang tak diinginkan, alat-alat komunikasi seperti HP, pager, harus ditinggal di front office. Lalu mereka menuju President Suite yang sudah disulap serupa diskotek.

"Suasana di dalam sangat eksklusif dan modern. Sistem sound dan pencahayaannya tak kalah dengan diskotek papan atas" terang Anthony.

Begitu acara mulai, jantung Anthony berdebar. Selama ini ia boleh mengaku 'laki-laki malam' yang kenyang hiburan apa saja. Tapi melihat langsung tiga gadis mulus berlenggok 2-3 meter di depannya sambil
melepas pakaian satu per satu,....bukan main!

Setiap lepas satu helai kain, 'penonton' yang cuma beberapa orang di ruang itu bersorai.
Puncaknya, para penari benar-benar nir-busana.

Hanya stoking hitam membalut telapak kaki hingga pertengahan paha.

Mereka terus bergemulai menari. Bahkan menggeletak di sebuah meja dan disorot lampu. Adegan-adegan
seronok diragakan tiga mahluk sejenis ini. Ujungnya, para stripper mendekati setiap pria yang tercenung di ruangan itu. Dua jam private-party ini berlangsung.

Seorang penari bisa melayani seorang tamu atau lebih. Tetap di ruangan itu.

----

PRIVATE party lain : Empat pengusaha otomotif —Jason, Mario, Sandy, Rico— sepakat menggelar pesta terbatas. Mereka berteman dekat. Lalu dipilihlah sebuah tempat karaoke di Yogya Utara.

Tarif sewa di karaoke ini Rp 100 ribu perjam. Minimum booking 5 jam. Tapi lumayan, VIP Room-nya lux. Ada pesawat teve layar lebar nyaris satu meter persegi dengan sound PMPO tinggi sehingga detail suaranya
seperti di konser hall.

"Kami mem-booking tiga lady escort dari Sanggar Sri (penampungan PSK-red). Honornya Rp 2 juta" ujar Jasson yang memang sering menggelar party beginian. Kadang di vila Kaliurang, tapi lebih sering di karaoke
Yogya Utara ini.

Anda bisa menduga apa yang terjadi kemudian di dalam ruangan itu.

Ada adegan sofa, ada pertempuran di toilet, ada yang memilih karpet depan pesawat teve.....

DUA contoh di atas memang "private party yang mengumbar seks". Ada lagi yang judulnya sama, private party tapi tidak sampai ke situ. Karena terjadinya di kafe-kafe meski waktunya bukan bersamaan dengan
jam reguler.

"Private party yang beginian bisa digelar saat ultah, wisuda, lulus sekolah, dll" kata Firman Ambardi, Sudut Barat Production. "Yang datang memang kalangan dekat. Tapi acaranya bisa dance, band, DJ, atau
malah ngundang grup lawak".

Maka, siapa yang "menyalahgunakan" istilah private party? Jason cs yang 'membablaskan' idiom private menjadi secret, atau kalangan baik-baik yang berpikiran "supaya menarik pakai saja istilah heboh itu..."

(bersambung dgn episode2 di kota2 lain...)

No comments: