Sunday, February 12, 2006

Seks Kilat! Mengapa Tidak?

Sebagai variasi, sesekali boleh-boleh saja. Bahkan bisa meningkatkan kualitas hubungan suami-istri dan konon justru bisa lebih menggebu-gebu. Apa, sih, "syarat"nya.

Seks kilat, boleh atau tidak?

"Boleh-boleh saja sepanjang dilakukan hanya sebagai variasi dalam kehidupan seks suami-istri. Jadi, bukan ’menu utama,’" komentar konsultan seks Dr. Ferryal Loetan, ASC&T, Sp.RM, MKes-MMR dari RS Persahabatan, Jakarta.

Seks kilat alias quick sex adalah hubungan intim yang hanya butuh waktu singkat. Sama seperti seks normal, seks kilat sebaiknya juga dilakukan dengan kaidah yang ada. "Antara lain, harus didahului dengan foreplay, kemudian intercourse, dan afterplay.

Karena namanya seks kilat, waktu untuk tiga hal itu pun tentu sangat singkat. Tapi, yang paling utama dalam seks kilat, kedua belah pihak harus sama-sama terpuaskan, enggak ada yang kemudian dirugikan."

Disebut seks kilat, lanjut Ferryal, karena bisa dilakukan di mana saja. Tak harus di kamar tidur seperti pada umumnya. "Bahkan, kadang orang-orang yang sudah sangat sibuk, melakukannya di kantor saat jam istirahat. Ada juga yang mengaku melakukannya di lift atau tangga darurat kantor," tuturnya serius.

Pelaku seks kilat, "Umumnya di lakukan orang-orang yang sibuk. Kebanyakan, sih, di kota-kota besar. Jarang dilakukan mereka yang santai atau tak punya banyak pekerjaan. Justru karena sibuk, punya waktunya hanya sedikit, sementara kebutuhan seksualnya harus terpuaskan. Nah, salah satu caranya, ya, lewat seks kilat itu. Yang jelas, cara ini bukan hanya didominasi orang-orang berduit. Siapa saja bisa, kok."

MINIMAL 10 MENIT

  • Jangan salah! Di zaman sekarang ini, bukan cuma suami yang sibuk bekerja, tapi juga istri. Sementara kebutuhan seks sama-sama dimiliki.

"Nah, karena sama-sama sibuk, mereka lalu mencari-cari waktu untuk berintim-intim. Misalnya, saat jam makan siang. Mereka mengatur waktu supaya bisa bertemu dan melakukan aktivitas seksual," ujar Ferryal seraya melanjutkan, inisiatif melakukan hal itu bisa dari kedua pihak. "Enggak masalah, kok, siapa yang yang meminta. Apalagi, di kota-kota besar, di mana kehidupannya sudah sedemikian terbuka. Yang penting, kedua pihak setuju dan terpuaskan."

Berapa lama biasanya seks kilat dilakukan? "Sangat singkat, minimal 10 menit. Prinsipnya, tetap harus memenuhi kaidah." Ferryal menjelaskan, untuk hubungan intim, "Sejak penetrasi hingga ejakulasi, seorang pria perlu waktu minimal 7 menit, ditambah satu menit foreplay, dan satu menit afterplay. Jadi, paling tidak, sekitar 10 menit-lah."

Waktu 10 menit ini, lanjutnya, untuk pihak perempuan sudah cukup. "Yang penting, foreplay dilakukan." Bagaimana caranya melakukan hal itu selama satu menit? "Sekarang ini, kan, teknologi sudah canggih. Bisa lewat telepon, misalnya. Sebelum bertemu dan melakukan hubungan seks, pasangan sudah lebih dulu ngobrol lewat telepon, melakukan pembicaraan yang mengarah ke soal seks, sehingga ketika bertemu, libido keduanya sudah meningkat dan siap melakukan intercourse."

BUTUH KETERBUKAAN

  • Mengikuti kaidah seksual dan kepuasan kedua pihak sangat penting dalam seks kilat. Sebab, sama halnya dengan hubungan seks biasa, seks kilat yang gagal pun bisa berpengaruh terhadap hubungan kedua pasangan.

"Sebetulnya, tak cuma seks kilat. Aktivitas seks yang normal pun, kalau sampai gagal, misalnya tak bisa memuaskan kedua pihak, bisa berdampak terhadap kedua pasangan dan kehidupan seks mereka. Sekarang ini, kegagalan mendatangkan orgasme pada wanita justru berdampak pada pria pasangannya. Akibat yang paling banyak adalah prematur ejakulasi dan impotensi.

Dalam jangka panjang, malah bisa lebih berbahaya. "Apalagi jika di antara mereka tak ada saling keterbukaan. Dalam melakukan aktivitas seksualnya, mereka sangat tertutup, tak pernah bicara. Wah, bisa makin parah. Padahal, yang paling utama sebetulnya justru komunikasi."

Misalnya, saat foreplay atau afterplay, komunikasi, kan, seharusnya sudah jalan. Kalau tidak, bagaimana dia mau ngomong yang menjurus soal seks di telepon, misalnya. "Mereka pasti enggak enak atau sungkan. Kalau keduanya terbuka, mau ngomong apa saja, yang kata orang sejorok-joroknya pun, enggak masalah. Jadi, komunikasi dan keterbukaan tetap menjadi yang utama. Kalau tak ada komunikasi, bisa-bisa istri malah kaget ketika suaminya mengajak melakukan seks kilat, kan?"

DI MANA SAJA, KAPAN SAJA, TAPI ...

  • Seks kilat bisa dilakukan di mana dan kapan saja. Yang penting, jangan sampai mengganggu orang lain atau kepentingan umum.

"Bagaimana pun, kita harus tetap memperhatikan nilai-nilai sosial yang ada di lingkungan. Indonesia tentu beda dengan luar negeri. Di Amsterdam, misalnya, orang bebas melakukan seks kilat di gang-gang. Lingkungan mereka bisa menerima hal itu. Sementara kalau di sini, kan, belum. Bisa-bisa malah diteriaki maling."

Banyak pula yang menganjurkan melakukan oral seks saja. "Ya, kalau sekadar oral seks, kepuasan, kan, hanya diperoleh salah satu pihak," ujar Ferryal sambil menambahkan, ada juga wanita yang bisa terpuaskan dengan hanya ber-oral seks. "Masalahnya, kepuasan seorang wanita, kan, tak hanya dari segi fisik, tapi juga psikisnya. Lain dengan laki-laki. Kalau belum ejakulasi, bisa stres." Jadi, saran Ferryal, "Kalau bisa, seks kilat harus tetap mengikuti kaidah dan keduanya terpuaskan."

JUSTRU MAKIN MENGGEBU

  • Sebagai suatu variasi dalam kehidupan seks, semua orang boleh dan bisa melakukan seks kilat. Bahkan mereka yang tak sibuk sekali pun.

"Soalnya, pada poin-poin tertentu, seks kilat ternyata bisa sangat bermakna untuk membangkitkan kehidupan seks pasangan suami-istri."

Misalnya, melakukannya di dalam mobil saat perjalanan ke luar kota. "Tiba-tiba, di tengah perjalanan, pembicaraan mengarah ke soal-soal seks, lalu terangsang, dan akhirnya diteruskan dengan seks kilat. Ini, kan, menantang dan bagus sebagai variasi kehidupan seksual suami-istri."

Waktu yang singkat dan tempat yang fleksibel, terkadang juga menimbulkan sensasi dan ketegangan tersendiri. Takut ketahuan orang lain, misalnya. "Yang begini terkadang justru menimbulkan gairah baru pada keduanya, karena pada saat seperti itu, biasanya hormon endorfin kedua pihak akan meningkat. Akibatnya, aktivitas seksual akan semakin menggebu dan efeknya diharapkan ini bisa memuaskan kedua pihak." (xxx-06)

1 comment:

Anonymous said...

ok bgt nih reportnya angel.

budi