Wednesday, September 28, 2005

Remaja Butuh Informasi Seks Sedini Mungkin

SUARA PEMBARUAN DAILY
Remaja Butuh Informasi Seks Sedini Mungkin
Oleh Wartawan ''Pembaruan''
SUMEDI TP

Para remaja umumnya bingung mencari informasi yang berkaitan dengan masalah seks. Tak mengherankan jika mereka menganggap seks hanyalah hubungan seksual semata. Mereka hanya berani membicarakan masalah seks dengan teman sendiri, di antaranya secara sembunyi-sembunyi mencoba mempraktekkan apa yang mereka lihat di gambar atau film porno. Tanpa pengetahuan yang benar, mereka bergaul dengan bebas, melakukan hubungan seks di luar nikah tanpa memahami risikonya.

Akibat kurangnya pengetahuan, banyak remaja putri kehilangan kegadisan, hamil di luar nikah, sebagian mencoba melakukan pengguguran kandungan, bahkan ada yang dikucilkan dari keluarga atau lingkungannya. Sedangkan para remaja putra banyak yang ikut-ikutan atau mencoba bergaul dengan WTS dan tertular berbagai penyakit kelamin atau populer disebut penyakit menular seksual (PMS).
''Remaja membutuhkan informasi mengenai masalah seks yang benar sejak di sekolah dasar. Pada usia 10 tahun saya sudah mendapatkan buku porno. Pada usia 15 tahun saya sering nonton film porno. Saya ingin bertanya tentang seks tapi tidak tahu harus ke mana. Teman-teman tahunya seks itu ya ... hubungan seks,'' ujar Aji, remaja dari Lampung, pada dialog tentang kesehatan reproduksi yang digelar BKKBN dan UNFPA, di Jakarta, Rabu (19/7).
Para remaja peserta dialog itu umumnya menyayangkan para orangtua yang masih menabukan pembicaraan masalah seks. Demikian pula kalangan agama dan pendidik masih menganggap segala sesuatu yang berhubungan dengan seks itu tabu, dilarang, dosa. Tidak pernah ada penjelasan. Padahal di sekeliling mereka bermunculan segala hal yang berbau pornografi, film di televisi banyak yang mengajarkan pola hidup bebas.

Fungsi Organ

Aji juga mengungkapkan, dia tidak memahami kenapa ada teman putri di sekolahnya mengeluarkan darah (menstruasi) di dalam kelas. Guru dan orangtua yang ditanya tidak mau menjelaskan dengan benar. Pokoknya semua anak perempuan bisa berdarah dari alat kelaminnya. Fungsi organ tubuh juga tidak ada yang mau menjelaskan. Sejak kecil Aji selalu bertanya-tanya tentang seks tapi jawabannya selalu membingungkan.
Candi, seorang peserta dialog dari Jakarta mengatakan, pemerintah tidak melegalkan pendidikan seks di sekolah dengan alasan yang tidak jelas, padahal di mana-mana, film dan buku-buku porno bebas diperjualbelikan. Majalah bergambar dan bercerita porno mudah didapatkan di tempat umum. VCD cabul bisa dibeli dan disewa dengan mudah. Poster film bioskop dengan gambar menjurus porno boleh dipasang besar-besar. Hal ini menunjukkan tidak konsistennya pemerintah dan para orangtua.

''Dulu, buku dan gambar-gambar porno dijual secara sembunyi-sembunyi, sekarang terang-terangan bahkan ada yang dijual di sekitar sekolah. Buku dan film porno mengajarkan teori dan cara bersanggama. Pemerintah diam saja, orangtua tidak mau menjelaskan. Ada perasaan risi membicarakan masalah seks dengan orangtua sendiri, padahal ini penting. Jangan sampai kita kebablasan,'' ujar remaja yang aktif di berbagai kegiatan itu.

Sedangkan Linda mengemukakan, selain orangtua selalu tutup mulut pada masalah seks, lembaga-lembaga pemerintah juga seolah tertutup. BKKBN misalnya, mungkin karena tidak enak dengan instansi lain, tidak menginformasikan secara terbuka tentang masalah seks kepada remaja selain program KB untuk pasangan suami-istri, ibu hamil atau melahirkan.
''Kaum remaja jadi lebih mudah terjerumus ke dalam pergaulan di luar batas norma dan agama. Orangtua saya selalu tutup mulut tentang seks, jadi kita menganggap seks hanya hubungan seks. Kita harus mengubah pemikiran orangtua. Sebab jika terjadi sesuatu pada diri kita, akhirnya orangtua juga yang susah. Semua jadi ikut repot, malu, marah, kecewa, saling menyalahkan,'' ujar Binti, aktivis remaja.

Pendidikan dan Informasi

Sedangkan Heri menyatakan, semua pihak harus melakukan tindakan nyata, minimal membuat program pendidikan dan informasi yang benar untuk memberi pengetahuan dan menandingi hal-hal buruk di masyarakat. Seks harus dibicarakan dalam wacana ilmu pengetahuan dan transparan. Informasi tentang seks bisa diberikan sesuai umur dan jenjang pendidikan.

Wuwun, remaja dari Yog-yakarta, meminta kepada kalangan pendidik dan orangtua untuk memperhatikan masalah ini. Menurutnya, tidak ada salahnya masalah seks diajarkan di sekolah maupun dalam pendidikan agama. ''Jangan hanya dilarang ini, dilarang itu. Ini dosa, itu dosa. Tapi tolong dijelaskan dengan benar, karena pergaulan dan masalah seks di sekitar kita makin tidak terkendali,'' ujar Wuwun dengan nada keras.

Sedangkan Anggi mengatakan, orangtuanya sangat demokratis dan terbuka sehingga bisa berdiskusi masalah apa pun termasuk kesehatan reproduksi dan seks. Gurunya pun ada yang bisa menjelaskan dengan baik. Bahkan guru agamanya bisa menjelaskan betapa mulianya manusia itu. Manusia terikat dengan norma-norma dan peraturan, kita juga harus menghargai perkawinan. Melakukan hubungan seks secara bebas atau sembarangan berarti tidak berbeda dengan hewan.
Pada dialog tersebut terungkap pula bahwa teknologi tidak bisa dicegah sehingga remaja harus memproteksi diri masing-masing. Para pendidik dan orangtua harus memahami dan memberi pengertian bahwa seks itu bukan berarti hubungan seks, tetapi berkaitan dengan komponen fisik dan psikis.


Banyak sekali masalah yang harus diketahui, termasuk fungsi organ tubuh, menstruasi, impotensi, frigiditas, proses pembuahan, kehamilan, hingga melahirkan.
Di beberapa negara tetangga, masalah seks diajarkan sejak usia dini. Di Australia misalnya, siswa sekolah dasar diberi penjelasan tentang fungsi organ tubuh, proses pembuahan serta kehamilan. Orangtua pun ikut menjelaskan. Hal ini bisa memperkuat rasa kasih sayang. (u)

1 comment:

Anonymous said...

haiii all....

hal diatas memang terjadi karena kurangnya informasi yang diterima oleh para remaja dan anak 2 mangenai seks dan pembicaraan seks masih terasa tabu untuk masyarakat kita, hal tersebut menurut saya si keliru. dengan melarang mengetahui informasi yang seperti itu membuat remaja menjadi penasaran, jadi malah ngumpet2. sedangkan jika orang tua ato pembimbing memberikan pengertian dan pengetahuan mengenai seks, maka remaja akan mengetahui bahaya dan resiko yang akan dihadapi ketika melakukan hal tersebut. kecuali mereka sudah siap menghadapi dan mau bertanggung jawab.