Wednesday, September 28, 2005

42 Persen Remaja Bermasalah Pernah Berhubungan Seks

Dari 117 Responden
42 Persen Remaja Bermasalah Pernah Berhubungan Seks


Jakarta, Kompas

Faktor-faktor negatif seperti merebaknya informasi bertema pornografi di media massa, kurangnya penanaman moral agama, dan adanya pengaruh pergaulan bebas, di samping kuatnya pengaruh hormonal pada para remaja, merupakan beberapa penyebab remaja melakukan hubungan seks.

Mengutip hasil survei yang dilakukan Chandi Salmon Conrad di Rumah Gaul binaan Yayasan Pelita Ilmu, Prof Dr Fawzia Aswin Hadis pada Simposium Menuju Era Baru Gerakan Keluarga Berencana Nasional, di Hotel Sahid Jakarta mengungkapkan, ada 42 persen remaja yang menyatakan pernah berhubungan seks; 52 persen di antaranya masih aktif menjalaninya. Survei ini dilakukan di Rumah Gaul Blok M, melibatkan 117 remaja berusia sekitar 13 hingga 20 tahun.

Lebih jauh tentang survei yang dilakukan beberapa bulan terakhir ini, Manajer Rumah Gaul di Blok M Mall dan Blok M Plaza, Widiyatna, yang dihubungi Kompas secara terpisah menjelaskan, responden adalah remaja bermasalah yang pernah singgah di tempat itu. Kebanyakan dari mereka atau 60 persennya adalah wanita. Sebagian besar dari kalangan menengah ke atas yang berdomisili di Jakarta Selatan.

Melalui fasilitas ini, YPI menyediakan layanan informasi kepada remaja yang datang, tentang kesehatan reproduksi termasuk tentang HIV/AIDS. Dari konseling dengan mereka, beberapa yang memerlukan tindakan medik lanjutan akan dirujuk ke rumah sakit.

Dari konsultasi dengan mereka, jelas Widiyatna, terungkap umumnya mereka dari keluarga broken home, pengguna obat-obatan dan menjalani pergaulan atau hubungan seks bebas. Pada 52 persen kelompok remaja yang masih aktif menjalani hubungan seks, umumnya sudah berprofesi sebagai pekcun atau remaja yang menjajakan diri pada "oom senang" atau siapa saja yang mau memberinya uang atau imbalan lainnya. "Ada beberapa di antara mereka yang sampai hamil namun semua diaborsi, dan mengidap penyakit kelamin." tambah Widiyatna

Rubrik ''curhat''

Hasil survei tersebut, lanjut Fawzia yang juga Guru Besar Psikologi UI sejalan dengan data yang terhimpun selama ia mengasuh rubrik "Curhat Info Aktual" di Kompas-selama Mei hingga Desember 1999. Dari 114 surat yang dijawab, 43 persen menyangkut hal yang berkaitan dengan masalah seks, mulai dari menonton film porno, khayalan tentang seks, petting, homoseksualitas, sampai pada hubungan seksual, kehamilan, dan pengguguran kandungan. Dari yang 43 persen itu, lebih dari setengahnya berisi pengakuan remaja yang telah melakukan hubungan seks. Remaja yang bermasalah pada perilaku seksnya ini tidak sedikit yang berasal dari daerah, bukan hanya di kota-kota besar.

Fawzia juga mengungkapkan, banyak remaja yang melakukan hubungan seks pranikah karena anggapan yang salah. Mereka yang berperilaku negatif itu berpandangan, jika menolak hubungan seks akan ditinggal pacarnya. Mereka juga merasa akan ditertawakan oleh teman jika menolak seks intim. Atau pandangan bahwa tidak ada yang mau berpacaran dengan orang yang menolak hubungan intim. "Anggapan yang salah ini dapat memperburuk kondisi kesehatan reproduksi remaja," tegasnya.

Mempersiapkan remaja dalam menjaga kesehatan reproduksi, lanjut Fawzia, tidak dapat dimulai pada saat seseorang mencapai periode itu. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi harus dilakukan bertahap sejak usia dini, sesuai dengan tingkatan usia.

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi menurut dia, sudah harus mulai diajarkan sejak TK dengan kadar yang sesuai. Sedangkan pada tingkat SLTP dan SLTA informasi yang diberikan sudah lebih pada hal-hal yang komprehensif, karena alat reproduksi mereka sudah berfungsi baik. (yun)
-----------

No comments: