Tuesday, June 15, 2004

Jaringan Perdagangan ABG Internasional Cari Mangsa di Jabar


Bandung, Pikiran Rakyat.BARANGKALI ini peringatan dini, terutama bagi orang tua, cewek-cewek ABG dan masyarakat Jabar umumnya. Baru-baru ini terungkap sebuah fakta amat mengejutkan yang menyebutkan bahwa jaringan internasional perdagangan wanita, terutama cewek ABG, mulai mencari mangsa di Jabar.

Indikasi itu terungkap di Indramayu. Di daerah tersebut, diperkirakan ratusan cewek ABG telah jadi korban jaringan internasional perdagangan wanita (child-traffecalling).

Para gadis ABG, berusia 15 - 20 th, banyak yang telah menjadi korban. Mereka diperdagangkan dan dipekerjakan sebagai PSK (Pekerja Sex Komersial) di negeri Sakura Jepang.

Modus yang digunakan jaringan internasional perdagangan ABG cukup unik. Berlindung di balik misi kesenian, modus tsb diperkirakan sudah berlangsung selama 2 th, sejak th 2000 dan korbannya bisa mencapai ratusan ABG.

Di Jabar, terungkap Indramayu dan Karawang merupakan sasaran utama mafia child-traffecalling. Dibuktikan dengan banyaknya ABG-ABG Indramayu yang telah terperosok di dunia hitam di negeri samurai Jepang.

Indramayu dan Karawang, bahkan telah masuk dalam laporan resmi ILO (International Labour Organisation), badan dunia yang menangani masalah perburuhan termasuk perdagangan ABG. Daerah lain yang dianggap sebagai penyedia ’bahan baku’ bisnis sex internasional, ialah Medan, Sumut.

Kec Bongas, salah satunya yang ABG-nya diperkirakan telah masuk dalam jaringan internasional itu. Kecamatan tempat kelahiran penyanyi dangdut terkenal Iis Dahlia, diperkirakan ratusan gadisnya berada di Jepang.

Mereka, menurut laporan ILO, dipekerjakan sebagai PSK di berbagai hiburan malam seperti nigth-club, bar, diskotek dan tempat prostitusi lainnya. Mereka berangkat ke Jepang lewat jasa mafia perdagangan wanita internasional, dengan berkedok menjadi duta dalam satu misi kesenian daerah.

Para ABG itu berangkat memakai visa turis. Di Jepang, mereka diterjunkan untuk menekuni profesi PSK di sejumlah tempat hiburan di kota-kota besar seperti Tokyo, Kyoto dll, selama 6 bulan.

Keterangan dari salah satu Kepala Desa di Kec Bongas, yakni Kuwu Ds Bongaspentil, Sukara, menguatkan indikasi tadi. Dikatakan, dalam 2 th terakhir ini, banyak ABG di desanya yang berangkat ke luar negeri, negara yang dituju ialah Jepang.

"Sekarang banyak wanita desa kami pergi ke Jepang. Saya tidak tahu persis apa pekerjaan mereka. Cuma dalam 2 th ini, Jepang menjadi obsesi para wanita muda di desa kami," tuturnya.

Sukara sejauh ini memang tidak terlalu tertarik dengan fenomena munculnya Jepang jadi pilihan para gadis desanya. Sebab, selama itu mereka tidak pernah meminta izin ke desa.

"Bagaimana saya tahu, mereka pergi begitu saja. Tidak pernah izin atau memberitahu ke desa," tutur dia.

Hanya yang diketahui Sukara, cewek desa ABG yang pergi ke Jepang katanya mengaku sebagai penari, dari mulai penari Jaipong sampai penari topeng tradisional khas Dermayu. Saat diberi penjelasan kalau kepergian gadis desanya ke Jepang dipekerjakan sebagai PSK, Sukara hanya terkejut.

Indramayu, di mata jaringan internasional perdagangan ABG memang menjadi daerah yang memiliki potensi "sumber daya manusia" ABG untuk jadi PSK. Tak hanya Bongas, tapi juga meliputi beberapa kecamatan di sekitarnya, bahkan ABG yang berada di kota juga tak sedikit yang diperkirakan telah menjadi korban.

Seorang gadis yang enggan disebut jati dirinya, sebut saja, Bunga (20), mengaku pernah jadi korbannya. Dia pernah pergi ke Jepang sekira th 2001 lalu dengan alasan sebagai penari Jaipong.

Bunga bekerja selama 6 bulan di negeri Sakura, berangkat lewat jasa pemberangkatan TKI/TKW. Bunga kini mengaku kapok, akan tetapi saat diminta menjelaskan kenapa sampai kapok, dia enggan membuka dan memilih menjadi rahasia pribadinya.

Dia hanya mengungkapkan kalau pekerjaannya mudah. Bahkan selama 6 bulan kontrak, bisa menghasilkan uang Rp 100 juta, rekan-rekan ’sekloter’nya bahkan ada yang dapat Rp 160 - 200 juta.

Di Bongas, berdasar penelusuran, maraknya minat para ABG "bermigrasi" ke Jepang setelah ada dari mereka yang berhasil dan sukses. Sejak itu, wanita lain ikut-ikutan.

Barangkali karena pendapatan yang fantastik itu yang membuat para ABG itu tertarik. Namun seperti dituturkan Bunga, dia tertarik justru karena ditawari kerja di Jepang hanya sebagai penari Jaipong untuk menghibur masyarakat di negeri Fujiyama itu.

Anak seorang maestro tari topeng Dermayu, Mimi Rasinah (80), juga nyaris menjadi korban. Dia bahkan sempat ditampung di sebuah tempat di Jakarta sebelum diberangkatkan ke Jepang.

Saat itu, dia berencana pergi ke Jepang dengan alasan ditawari pentas sebagai penari topeng. Puspa, (bukan nama sebenarnya), sempat di-casting, dia diminta mendemonstrasikan adegan-adegan tari topeng di Jakarta sekitar Juli 2001 lalu.

Hanya selama dalam penampungan, Puspa curiga karena disatukan dengan cewek-cewek ABG yang cantik dan berusia muda. Saat para cewek itu ditanya, mereka mengaku bukan penari, hanya saja ditawari bekerja di Jepang dan berpura-pura sebagai penari.

Melihat gelagat tidak beres. Puspa lalu memilih pulang, sampai sekarang, obsesi bisa tampil mementaskan tari topeng di masyarakat Jepang, nggak pernah kesampaian.

Contoh yang belum terungkap diperkirakan masih banyak. Dan hal itu merupakan satu keprihatinan mendalam, apalagi ILO sudah membuat laporan tentang Indramayu yang jadi sasaran utama.

Alternatif setelah Philipina

Bupati Indramayu, H Irianto MS Syafiuddin sempat terkejut begitu menerima informasi tersebut. Dia sejauh ini mengaku tidak tahu kalau daerahnya menjadi incaran mafia perdagangan ABG untuk dipekerjakan di bursa sex internasional.

"Saya memang telah menerima informasi itu. Saya kaget. Makanya sekarang saya minta agar camat, desa termasuk dinas sosial dan tenaga kerja harus memperketat kepergian wanita ke luar negeri. Saya juga lagi minta laporan masing-masing camat," tutur dia.

Menyusul laporan ILO, staff Kedutaan Besar Jepang, pada Rabu (17/7) kemarin mendatangi Bappeda Indramayu. Hanya saja, sejauh ini belum ada kejelasan hasil pertemuan antara staff Kedubes Jepang dengan pihak Bappeda, yang pembicaraannya menyangkut soal child-traffecalling itu.

Sementara itu, diperoleh informasi, Indonesia, terutama Indramayu, Karawang dan Medan menjadi incaran mafia internasional perdagangan ABG sebagai alternatif. Semula mafia internasional itu beroperasi mencari ABG usia 15 -20 thn di Philipina.

Beralihnya mafia itu ke Indonesia setelah pemerintah Philipina melakukan tindakan tegas. Mereka melarang keras dan menindak tegas pelaku perdagangan wanita, kepolisian negara itu juga memberangus jaringan mafia mafia internasional itu.

Tegasnya pemerintah Philipina membuat mafia internasional sedikit jera. Sebagai alternatif, lalu mereka mengalihkan sasaran ke Indonesia, dalam hal ini ialah Indramayu, Karawang dan Medan.

Indramayu dijadikan sasaran empuk setelah hidung mafia itu mengendus tentang "potensi SDM" di daerah itu. Maka jadilah, sejak th 2000, diperkirakan sudah lebih dari 1.000 ABG pergi berbondong-bondong ke Jepang dengan berkedok misi kesenian.

Soal perdagangan wanita sebenarnya memang menjadi salah satu prioritas pengawasan kepolisian. bahkan belum lama ini, sempat ada koordinasi antar aparat, polres dan pemkab, membicarakan khusus fenomena perdagangan wanita di Indramayu.

Kapolres Indramayu, AKBP Drs Eko Hadi Sutedjo, SH, MSi mengaku prihatin dengan fenomena itu. Dia memang telah menerima laporan, bahkan sudah menginstruksikan ke tiap polsek, hanya saja praktek perekrutan ABG itu sangat tertutup.

"Mereka kerjanya sangat rapi. Yang paling memprihatinkan, kepergian ABG itu tak sedikit yang sudah sepengetahuan orang tuanya. Ini khan kita susah," tutur dia.

Sejauh ini, prestasi Polres Indramayu untuk membongkar mafia itu memang hasilnya belum menunjukan prestasi menggembirakan. Sampai kemudian muncul laporan dari lembaga internasional sekelas ILO yang menyebutkan Indramayu menjadi salah satu gerbang tempat perekrutan child-traffecalling. Nah, para ortu, hati-hatilah bagi anda yang memiliki ABG. (Agung Nugroho/"PR")***

No comments: