Tuesday, May 11, 2004

Menelusuri Pelacuran ABG di Palembang, Sumatra Selatan

PALEMBANG, SUMATRA SELATAN

'Membaca' Sinyal di Jl Merdeka

TENGAH hari, sekitar pukul 12.30, saat bubaran sekolah, sejumlah siswi bergerombol di Jl Merdeka. Di antara mereka ada yang memberi sinyal kepada kendaraan pribadi yang melintas.

Apa isyaratnya? Siswi yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu melemparkan senyuman ke arah kendaraan. Begitu disambut dengan klakson dan berhenti agak jauh, dia akan menghampiri dengan sedikit malu-malu.

Salah satu di antaranya, adalah Fitri. ABG berusia 16 tahun, yang tinggal di kawasan Talang Semut, Palembang itu, bercerita hampir setiap hari menjaring mangsa di tempat tersebut.

"Siapa yang tidak tahu Jl Merdeka, sudah terkenal sekali. Dapat dipastikan hampir semua pria yang melintas di jalan itu pada tengah hari, sedang mencari sesuatu yang bisa diajak," kata siswi kelas II sebuah SMU swasta di Palembang itu.

Menurut pengakuan Fitri, dipilihnya teman kencan yang bermobil hanya untuk lebih memudahkan bernegosiasi karena lebih aman dan terlindung kerahasiaan. "Biar begini, kami ini masih punya rasa malu. Harus bedakan dengan WTS," kata Fitri sembari mengepulkan asal rokok mentolnya.

Memang, ciri-ciri gadis ABG yang menjual diri di kawasan Merdeka tidak begitu kentara, apalagi ketika di tengah-tengah gerombolan teman-temannya. Tapi, bila suasana agak sepi, maka tampak kelompok-kelompok remaja putri masih bercengkrama di pinggir jalan. Biasanya mereka ngobrol di bawah pohon sambil melihat orang berlalu lintas. Nah, bila ada mobil jalan perlahan-lahan dan berhenti agak jauh dari tempat mereka, selanjutnya para ABG pelan-pelan sembari malu-malu mendekati mobil tersebut.

Tanpa basa-basi, ABG mereka langsung membuka pintu mobil, seolah-olah mobil jemputannya. "Kami langsung kenalan dan nego tentang tarif," cerita Juli, 15, siswa SMA swasta di Jl Merdeka dengan polos.

Gadis mungil ini mengaku, dirinya biasa dibawa ke sebuah hotel di JL Kol Barlian arah Bandara Sultan Machmud Badarudin II. "Tapi tidak boleh terlalu lama, biar tidak dicurigai orang tua," katanya. Paling lama dia hanya bersedia dibawa selama dua jam.

Hari Sabtu dan Minggu siang mereka agak leluasa. "Habis belajar, aku dan kawan-kawan pasti pergi ke disko pada hari Sabtu. Makanya, dalam tas sudah disiapkan pakaian ganti seperti celana jins dan kaus oblong," kata Fitri yang ditemui di diskotek Hotel Princess, Palembang.
Senada dengan Fitri, rekannya bernama Uci, 15, mengungkapkan, keluyuran di diskotek setiap Sabtu merupakan hiburan semata-mata. "Tapi kalau ada yang mengajak kencan, boleh-boleh saja, asalkan sama-sama memberi keuntungan," ujar Uci.

Ia berterus terang mengenai latar belakang terceburnya dia dan kawannya ke bisnis kenikmatan sesaat ini, karena tergoda ekstasi. Fitri dan Uci bersama tiga kawannya yang ABG di diskotek itu, terus mengoyang-golyangkan kepala dan badannya di tengah ingar bingar musik 'gedek-gedek' (house music), yang sambung-menyambung. Itu tanda mereka sedang triping.

Diskotek tersebut memang 'gudang' gadis ABG. Pekan lalu, saking membludaknya, tak ada ruang lagi, ratusan ABG yang memenuhi diskotek di lantai V, hotel di kompleks pertokoan Ilir Barat Permai itu, tidak leluasa lagi berimprovisasi dalam menggoyangkan badannya.

Entah kapan mulainya para ABG di Palembang melakukan bisnis esek-esek. Tapi, yang jelas fenomena ini mulai marak sejak krisis moneter melanda. Jumlah ABG yang berpraktek sampingan, semakin hari semakin bertambah. Di pusat-pusat keramaian ABG ini terlihat jelas seperti di Jl Merdeka mulai dari kediaman Wali Kota Palembang hingga ke kantor Pemda Tk II Palembang, diskotek Hotel Princess, Hotel Lembang, Dharma Agung, Dian Cottages, dan di kawasan Jalan Pagaralam.

Fitri maupun Uci, keluarganya yang tergolong orang terpandang di Palembang, tidak sembarangan memilih teman kencan. "Duit bukan tujuan utama, yang penting kita bisa sama-sama happy. Ya, apalagi kalau bukan dengan triping," tambah Fitri, yang selalu memberi tahu orang tua bahwa setiap Sabtu dirinya ikut les pelajaran bahasa Inggris.

Ada juga ABG yang memang tujuan utamanya mengejar uang, "Saya mau kalau dikasih uang Rp 100 ribu sekali kencan," ujar Juli terus terang. Cewek bertempat tinggal di Plaju ini bercerita, uang itu diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan dirinya seperti transpor, biaya sekolah, dan kebutuhan adik-adiknya. Menurutnya, sampai saat orang tuanya yang pensiunan PNS ini tak tahu-menahu 'profesi' barunya.

Biasanya, kata Juli, dia di-booking om-om yang berduit. Alasannya, kata gadis berparas lumayan ini, selain tidak pelit, om-om senang itu sangat menjamin kerahasiaannya. Termasuk kerahasiaan pribadi om-om tersebut.

"Yang penting, orang tua saya tidak berat lagi menanggung beban sekolah saya dan adik-adiknya yang empat orang," ujar Juli. Ia bercita-cita menjadi seorang perawat.

Bisnis esek-esek para ABG ini sangat kentara di diskotek Hotel Princess. Hotel yang terletak di kawasan pertokoan Ilir Barat Permai ini sengaja membuka acaranya hari Sabtu siang dari pukul 13.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.

Acara ekstrashow itu juga dilanjutkan dengan Minggu pagi keesokan harinya. Makanya, pada Sabtu siang, hotel bintang tiga ini banyak dikunjungi para ABG. Lobi di lantai bawah terlihat penuh sesak karena daya tampung tidak memadai.

Untuk menjaring ABG yang berasal dari keluarga yang tidak mampu, maka si lelaki iseng cukup menunggu di lobi hotel. Sebab, rombongan ABG ini biasanya menawarkan diri untuk naik ke atas (diskotek) karena tidak mampu membayar cover charge seharga Rp 15 ribu per orang.

"Kita tunggu saja dan pilih mana yang suka," kata seorang pengusaha pupuk yang mengincar ABG yang hendak triping tersebut. Dan memang banyak ABG yang dengan manjanya mengajak kencan sambil triping.

Para gadis ABG sudah senang bila ditraktir minuman, rokok, dan cover charge. "Kalau mereka mau triping, harus disediakan pil ekstasi," kata seorang penjaga pintu diskotek terkenal di Palembang itu.

Mereka juga bisa langsung dibawa ke kamar hotel itu. "Makanya, setiap Sabtu dan Minggu, kamar Hotel Princess selalu penuh," kata seorang pengunjung.

Manajer Hotel Princess, Tommy mengatakan, dirinya hanya penyedia tempat hiburan saja. Soal ada transaksi antara ABG dan pengunjung, dirinya tidak tahu, katanya.


bersambung ...